Selasa, 28 Februari 2012

Merah Menular pada Salju






Lelaki itu meneliti keadaan sekitar, perapian masih menyala. Ruangan bergaya romania klasik itu tak berbayang seorang manusia pun. di keretnya jendela kayu tua itu dengan pisau lipat swissnya.
sret..srettt...sreet.....

beberapa menit berlalu,mungkin hampir 10 menit.
degup jantungnya berkejaran
dag dig dug dag dig dug....


salju masih turun seperti biasa.
sudah seminggu salju turun.

menutupi hijau tua dan muda pepohonan.
menutupi abu abu aspal jalanan
menutupi rumput rumput dan bunga berwarna warni
menutupi tiang tiang listrik dan membirumudakan pandangan kota
membekukan kulit tanpa busana
tapi tak pernah salju membuatnya merasa sedingin ini..
degup jantungnya semakin terdengar pelan


sepi..
sepi kali ini tak seperti sepi saat tak ada teman sepermainan.
sepi kali ini tak seperti malam malam dalam kamar kotaknya
sepi kali ini lebih seperti hening
sepi yang mengancam
sepi yang sangat asing
walau sepi sudah lama menjadi kawannya
walau sepi sudah menjadi karibnya

dingin
dan semakin dingin
sepi
dan semakin hening

benda keras dibelakang tengkuknya mengeluarkan dayanya

kini hening,kini hampa..

Lelaki itu terlungkup di sesemakan yang mengering
sesemakan yang berselimut salju
yang bermain kontras dengan warna merah syal nya
warna merah yang semakin merah, hingga salju tertular merahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar