Selasa, 09 November 2010

hanya ada aku dan pikiranku

aku sadar dari mati sejenakku.
tapi mataku enggan menyapa sinar yang temaram merah di pelupuk.
pagi ini berulang......, lagi.
pagi yang sama.masih..
Seperti pagi yang aku alami belakangan.
Muak sebenarnya sudah memenuhi rohaniku.
tapi tak kuasaku atas ketidaksukaanku.

kelopakku mulai membuka.
dipaksa oleh kepegalan yang menjalari syaraf motorikku.
mereka ingin bebas dan berlari. Selalu seperti itu.
sangat berseberangan dengan bagian yang lain.
kejenuhan telah merajai bagian yang lain...
ketakutan pun berlomba bertumbuh. layak duri pada mawar.
dan keindahan cukup menumbuhkan duri ketakutan akan terlepasnya.

kaki dan tangan mulai melakukannya. dengan sedikit terpaksa. ingatlah ini hanya awalan, tak apa sedikit di pecut.
pun ketika kuda liar sudah menemukan temponya akan berlari kencang sekali. dan tak terhentikan.
untuk sementara waktu. yang cukup berharga.
maka apalah artinya sedikit pecutan di awal?

apakah aku naif?
berfikir tentang sinar matahari dalam cekungan prisma.
tentang panda gendut yang memenuhi hutan bambu kuning di daratan china.
tentang beruang berwarna putih yang berenang dalam keramaian ikan dengan suhu dibawah nol derajat.
tentang kicau burung yang tiap pagi ber siul-siul, merayakan mentari dan siap berpesta ulat.

"tak akan pernah mulus," ak menjamin. walau kuda sudah menemukan temponya.
kepastian adalah hal yang benar tak bisa dijanjikan. pernyataan klasik. yang membosankan.

harap hari ini. hanyalah lukisan. dipenuhi warna kemilau keemasan.
kekuatan yang sampai sekarang aku hanya mimpikan.
keinginan yang selalu menjadi pecut.
ambisi yang memerah darah.
dan tak akan pernah ada akhir dari sebuah penutupan.
setidaknya hingga tiba waktunya.