Sabtu, 03 Desember 2011

untuk KITA


Tak kumengerti kawan, bagaimana asal muasal “kita”. Sesosok individu yang bermimpi sama, kebebasan pikiran, kemantapan langkah, dan idealisme, yang berbuih jutaan. Mengangan suatu sosok dalam keterbatasan waktu yang berlarian dan melompat seiringan dengan alur pikir dan emosi.

Ganjalan keringat dan manisnya identitas “kita” dalam setiap tangis yang mengalir, tawa yang membuncah dan dada yang pengap. Kita berbahagia dengan pelukan yang sederhana. Menjabat erat dan meluluhkan semua tembok yang membatasi. Meleburkan dan membangun rumah paling nyaman. Rumah dalam imaji yang sarat akan keteguhan jiwa, untuk tetap bersama hingga garis finish, dan garis finish itu ada di ujung kehidupan.

Manis ini masih terkecap. senyuman kita terabdi dalam benak, sakit kita dahulu masih mengakar, mengkreasikan sebuah rasa yang bahkan takkan pernah berjumpa kematian. Menenun benang kita bersama dan merajutnya menjadi sutera nomor satu.

Kini ketidakberdayaan memaksa mata tak mampu berkata-kata, tangan tak mampu merengkuh pundak, dan bibir tak mampu menumpahkan hati. Sayangnya kita cukup basah, terlanjur. Dan tak ada panas yang bisa mengeringkan tiap untaian embun dalam rajutan sutera ini. Saya sayang kalian. Abadi kisah ini, tentang aku, kamu dan kita. Interpretasi mewarnai masing-masing dari kita, tapi ruang 3x3 kotor pengap itu mapan menjadi rumah, tempat hati berpulang dan bercerita.pernah.tetap.dan selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar