Sabtu, 27 Maret 2010

the friendship war begin...

Beberapa orang yang setidaknya kupikir berada di sisiku berharap sangat tinggi padaku. Bukan aku menyalahkan mereka, aku lebih menyalahkan kesembronoanku yang membiarkan ini terus berlanjut dan berlarut larut. Semakin dalam dan gelap. Brutal. Aku menyayangi mereka semua. Dan itu inti dari semua permasalahan batin ku. Peperangan batin yang bergejolak berisik. Pernah aku berusaha mencoba membenci pihak yang ku pikir tidak berada disisiku, tapi ternyata hanya berhasil sementara saja. Aku terlalu gila menyayangi mereka. Aku menginginkan semua pihak berjalan beriringan dan damai. Benar benar keluarga dan saudara seperti yang gemar mereka agungkan. Tapi bullshit. Katakan padaku apa yang membuatmu berpikir seperti itu. Aku tahu. Aku melihat semua di matamu tapi aku tak bisa menerjemahkannya dengan jelas. Jadi tolong katakan dengan ku. Bagilah kepadaku.



Setidaknya aku akan benar benar tahu kau ada di sini bersamaku atau tidak. Aku takan pernah menuntutmu untuk berada di sisiku. Aku selalu hanya bisa dan akan berusaha melakukan yang terbaik untuk semuanya. Walaupun itu susah sekali. Aku akan berusaha menjadi induk ayam yang selalu mencoba melindungi semua anak anaknya. Meskipun anaknya ingin mencelakai sesamanya. Atau malah diriku. Aku akan tegar berdiri. Tak membiarkan itu mengalahkanku. Tak membiarkan semua kejenuhan dan emosi sesaat membuatku mencelakai kalian. Aku merasa tujuan hidupku dilahirkan adalah menebarkan semua kasih yang kumiliki kepada orang2 di sekitarku. Aku ingin memberi banyak kebahagiaan dan senyum disekitarku. Mari kita mulai perang ini teman...

tentang kalian kini


Aku linglung,
Hancur hingga remahan kecil kecil
Kalian menjawabnya, walau tak gunakan bibirmu
Dengan sikap
Yang ternyata lebih jelas dari pada bibir
Takkan pernah ku sangka aku sebodoh ini
Ketika aku berpikir ada sandaran yang cukup akan menjagaku
Kau tahu benar aku mempercayai itu, mengimani itu
Tapi kalian malah gunakan sebagai alatmu untuk menyerang ku, menginangi ku, manfaatkan ku
Seenak udel mu
Kosong hampa sakit jerit melang lang i sel neutron otakku
Menyadarkan ku satu hal bahwa aku telah menemukan suatu kebenaran yang selama ini kutunggu

we're just like this...

hurting each others.... :'

Namun

Kebenaran yang berbeda dari anggapanku dulu
Bertolak belakang malah
Tentang kau, semuanya tentang kau
Bahwa kau melakukan suatu pendustaan yang memuakkan
Hingga menonjokkmu berkali kali pun rasanya tak sepadan, tak pernah cukup
Dan seketika aku sadar
Takkan biarkan keterpurukan ini mengalahkanku
Aku akan tetap mencoba sekuat ku
Memaafkanmu dengan indah
Karena aku bukan jenis manusia sepertimu
Syukurku berada di dalam lindunganNya
Dalam kasih Nya
Kembali ke jalan cahaya

inikah teman??

Teman kenapa kau tak mau mengerti. Aku tak mau seperti itu. Aku telah mengutarakan semua ketakutanku, tapi yang kamu lakukan malah membuat ketakutan itu tampak semakin nyata di hadap ku. Kenapa tidak berusaha membuat itu menjadi tidak ada. Aku tahu kalian punya kekuatan untuk itu. Teman, sebenarnya apa yang berusaha kalian lakukan terhadapku? Aku tak memahami kalian. Kalian meninggalkan ku saat aku butuh kalian. Kalian menjauhiku, memojokkanku,,dengan alasan klasik aku akan lebih berkembang jika kalian semua menekanku?? Kalau aku yang salah mengerti, kenapa kalian malah meningalkanku, kalian tak melakukan sesuatu untuk menyadarkanku. Kalian malah melakukan banyak hal yang semakin menegaskan kalian BUKAN temanku. jika kalian benar temanku. Atau aku yang menurutmu terlalu ingin berteman dengan mu...

What the hell are we doing about now???kalau kalian tidak tahu perlakuan seperti itu membuatku merana, iya. Aku telah menyampaikan segamblang ini. Frontal. Mengapa kau tak mau mengerti??
Apakah aku mengelah saja pada kalian. Tahukah kalian aku lelah....aku selalu mengalah, berhati2 untuk tak menyakiti kalian, semampuku. menjadi petralisir racun kalian untuk yang lain. Tapi, balasannnya kalian selalu memojokkanku dan memaksakan pemikiran salah dan busuk itu kepadaku. Pada akhirnya selalu aku yang kalah. Ataukah ini benar? Aku harus selalu kalah dan menurut kepada kalian. Aku in teman atau binatang peliharaan kamu. lelah sekali aku teman. Tidak yakin lagi benar-benar berada disamping kalian. Jika aku yang terus mencoba mengerti pikiran kalian. Kenapa kalian tidak mau mencoba memahami aku. Kenapa, sebegitu emas kah kalian yakini pemikiran kalian?

Lelah aku,,, haruskah kita berjumpa lagi untuk membahas ini, lagi dan lagi. Dengan mata ku yang membengkak..tangan ku yang gemetaran, tak lihatkah kalian. Sebuta itukah kalian kepadaku. dapatkah kalian memberikanku satu ruang untuk bernafas sejenak...semua yang kalian lakukan kepadaku membuatku ingin melarikan diri 100kali..tapi aku tak melakukannya. Aku tetap disitu. Duduk dalam kesendirianku. Karena aku tahu kalau aku lari sekarang semuanya bakal percuma. Tapi kalian malah menghentikan dan membahas lagi keesokan. Kalian ingin membuatku menderita? Dengan membahas pikiran kalian keesokan hari? Menyakitiku lagi saat aku mulai sembuh. Sampai aku sejalan dengan kalian kah?Sakit kawan. Jika kau masih melihat hati dan jiwaku. Udah terkoyak warna merah darah yang tercabik cabik tak beraturan. Aku ingin marah, aku ingin berontak aku ingin frontal melawan.. Tapi aku sadar itu akan membuat kalian lebih frontal lagi menarikku ke kegelapan itu. pikiran kalian.

Teman ada untuk mengingatkan teman lainnya ketika temannya salah. Tapi di kasus ini benarkah aku yang selalu salah? Benarkah kalian selalu benar. Tentang kehidupan ini. Tenang saja kawan, air mataku telah mengering, walau hatiku masih sakit, tapi sudah lebih mendingan. Tenang saja. Kau tak perlu menghawatirkanku. Bahkan jika jantungku tak berdetak semenit lagi. Akh.... aku tahu takkan berarti bagi kalian. Takkan pernah. Maafkan aku yang selalu menhilangkan racunmu dari mereka. Aku tak tahu lagi, kalau kalian berfikir bahwa aku menghilangkan madu, dan bukan racun.

Kalian siapa?? Berfikir melakukan yang terbaik padaku. Kalian tak memahamiku. Tak pernah. Aku sudah selalu menunjukkan bagaimana diriku. Frontal karena kau lelah menunjukkan dengan sinyal2 yang tak pernah kalian lirik. Tapi kalian malah melakukan kebalikannya. Tak berusaha memahamiku untuk memilih yang terbaik untukku. Kalian jahat. Aku berdosa telah menjudge kalian, melangkahi tuhan kah? Ampuni aku Allah...ampuni aku.

Mataku basah lagi. Tekanan ini terlalu berat aku ingin membuangnya sedikit. Tapi aku tak tahu harus membuangnya kemana. Aku tahu kalian tidak akan mau. Aku sudah menemukan teman lain yang bakal menemaniku. Menerimaku apa adanya. Mereka selalu berusaha mengangkatku dari sampah. Mereka menerimaku. Dan mereka juga selalu mengingatkan ku kalau aku belum tentu selalu benar. Bahwa aku harus selalu melihat banyak sisi dari masalah ini, mencoba memaknai hidup dan masalah yang selalu menemaniku. Haruskah aku menumpahkan ke mereka lagi?? Mereka terlalu baik. Malaikat itu, aku tahu mereka masih harus banyak melakukann hal yang serius, tak dapat diganggu. Tapi mereka selalu menyempatkan dengan tetap memberikan senyum itu padaku, waktu mereka yang sangat berharga demi menemaniku meneteskan hal tak berguna ini. Kau katakan padaku mereka penyihir jahat, bahwa mereka berniat buruk kepadaku. Tapi tahukah kau? Mereka tak pernah sedikitpun merendahkan kalian, mereka selalu berusaha mengingatkan kalian secara hati-hati. Tapi kau anggap mereka menyerang.
Tapi, aku tetap tak bisa meninggalkan kalian. Ada kontrak ini. Aku tahu. Aku tak bisa meninggalkan janji ini, setidaknya sampai kontrak ini habis. Apakah aku harus berkata “okeh teman aku akan menerima janji ini sebagai apa yang kalian tak inginkan, dan aku akan melakukan apapun pikiran kalian sehingga kalian tidak akan menyesal membuat keputusan tak menyenangkan ini. Maafkan aku jika menyebalkan seperti ini. Aku tahu, pada akhirnya akulah yang salah. Harus aku yang salah dihadapan kalian dan yang lain. Aku tahu aku harus nampak seperti ini agar kepercayaan mereka pada kalian tetap terjaga dan utuh. Tanpa cela.” HAH.....MIMPI SAJA KAU!!! Takkan semudah itu, takkan bisa menjadi seperti itu. Bukan hanya kalian yang memiliki mereka, aku juga. Dan kalau kalian ingat alasanku ingin kontrak ini adalah demi mereka. Sekali lagi demi mereka. Tak ingin sesuatu buruk terjadi pada mereka. Tak ingin ada yang sakit lagi.

Aku salah? Menurutmu?? Tujukkan padaku. Buktikan aku salah. Jangan karena emosi prbadimu saja. Kau telah mengungkapkan sekali. Akan kuingat ribuan kali. Dibenakku. Takkan ada penghapus yang oke akan hilangkan goresan pensil ini. Kau tidak memberikan sesuatu yang benar adanya. Aku tahu itu. Kamu menutup mata dan bercerita tetntang bagaimana seharusnya semua orang termasuk aku membuka mata. What the hell are u thingking about!!